Walau cuma secuil ingatan tentang masa kecilku dalam benakku coba kuceritakan masa-masa itu. Aku anak ketiga dari 8 bersaudara 3 saudara laki laki dan 4 saudara perempuan. Ayahku dahulu bekerja sebagai sopir angkutan dalam kota yang pada masa itu angkutan masih sedikit jumlahnya dijakarta. Bekerja sebagai sopir angkot pada masa itu ayahku mendapatkan penghasilan yanga kan malu..." sahut si Juman dengan logat betawi nya yang kental......(bersabung) cukup lumayan walaupun angkotnya bukanlah milik pribadi. Aku tak tahu berapa lama ayah bekerja sebagai sopir angkot yang kutahu keluargaku masih bertahan menjalani rutinitas sehari-hari dikampung kelahiranku "Jakarta". Menjelang usia 8 tahun aku masuk Sekolah Dasar, aku pikir aku anak paling tua dan besar dikelasku tapi ternyata ada banyak temanku yang jauh lebih dari aku. Kalau aku ingat kadang aku suka tertawa sendiri,ada 2 orang temanku dan mereka adik kakak, Marhadi dan Hendra namanya. Badannya tinggi besar dan umurnya jauh diatas aku kalau kuperkirakan mungkin diatas 16 tahun terkadang aku merasa takut kalau menetap mereka, tapi untunglah mereka tidak terlalu nakal jadi mereka tidak terlalu mengganggu teman temanku dikelas. Yang aku gak kira adalah seorang lagi temanku, Juman namanya, usianya paling tua dikelasku. "Sedikit deh aku ceritakan".
"Juman berperawakan tinggi besar yang lucunya dia sudah tumbuh kumis tipis sementara teman-temankuyang lain jangankan kumis gigi saja mungkin masih ada yang gigi susunya belum tanggal.Tapi kami bersyukur dia maih mau bersekolah. Hari demi hari kami lalui tak terasa sudah kelas 4 kami semua. Pada suatu hari sekolah kami menerima seorang guru baru untuk mata pelajaran olah raga Pak Karim namanya kami diperkenalkan. Kami sangat antusias sekali ingin melihat dan berkenalan dengan pak guru baru kami. Tapi ada yang aneh dengan salah seorang teman dikelasku ya si Juman itu, dia seperti orang kaget, bingung dan seperti orang yang gak percaya melihat pak guru baru kami. Kami bingung melihat tingkah Juman kali ini, dia bertanya "Itu guru olah raga yang baru ?!" kami jawab hampir serentak "Iya..". "Apa benar namanya Karim" lanjut Juman, Salah satu temanku ada yang nyeletuk "Dasar bocah songong (tidak sopan) manggil guru kok namanya aja gak pake "Pak". Juman tak menyahut tapi raut mukanya makin aneh saja, kami terus mendesaknya mengapa dia bersikap demikian. Akhirnya dia mengaku bahwa pak guru kami yang baru adalah tetangganya, tapi yang membuat dia bersikap aneh adalah ternyata pak Karim adalah teman main sehari-hari si Juman dan dia bingung mau memanggil pak Karim apa nantinya. Biasanya dia memenggil "rim....rim..." (nama saja)" masa sih gua manggil dia bapak guru gua kan malu!" kata Juman dengan logat betawi yang kental....(bersambung)
Aku seorang anak laki laki yang dilahirkan dalam keluarga yang hidup sangat sederhana, namun tiada pernah aku menyesalinya. Hidup dalam keluarga yang dalam perjalanan untuk menuju keluarga yang bahagia selalu penuh tangis, penghinaan, dan banyak lagi derita yang kami lalui, namun tak sedikitpun kegentaran kedua orang tuaku dalam menjalaninya.
Kamis, 04 Juni 2009
DIARYKU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar